Minuman Tradisional Indonesia yang Mulai Langka, Yuk Kenali!

Indonesia tidak hanya kaya akan makanan khas, tetapi juga memiliki deretan minuman tradisional yang sangat beragam. Setiap daerah di Nusantara memiliki minuman khasnya masing-masing, yang sering kali dibuat dari bahan-bahan alami seperti rempah-rempah, dedaunan, dan akar-akaran. Minuman tradisional Indonesia bukan hanya menawarkan kesegaran alami, tetapi juga menyimpan beragam manfaat bagi kesehatan. Sayangnya, seiring berjalannya waktu dan semakin populernya minuman kekinian seperti kopi susu modern hingga bubble tea, keberadaan minuman tradisional perlahan mulai terabaikan. Di banyak kota besar, minuman-minuman ini kini kian jarang terlihat dan perlahan menghilang dari keseharian. Untuk itu, mari kita kenali kembali ragam minuman tradisional yang mulai langka, sebagai upaya melestarikan kekayaan budaya yang tak ternilai ini.

Minuman Tradisional Indonesia yang Mulai Langka, Yuk Kenali!

1. Bir Pletok – Betawi

Bir Pletok adalah minuman khas Betawi yang sama sekali tidak mengandung alkohol, meskipun disebut “bir.” Terbuat dari campuran jahe, serai, kayu secang, dan berbagai rempah lain, minuman ini memberikan sensasi hangat di tubuh. Warna merah keunguan dari kayu secang membuat tampilannya menarik, sementara aroma rempahnya begitu khas. Dulu, Bir Pletok biasa disajikan dalam acara keluarga atau perayaan adat. Sayangnya, kini keberadaannya mulai jarang ditemukan di luar acara budaya.

2. Sekoteng – Jawa Tengah

Sekoteng adalah minuman hangat yang sangat populer di daerah Jawa Tengah, khususnya di malam hari. Disajikan dalam mangkuk, minuman ini berisi jahe hangat, kacang tanah sangrai, pacar cina, potongan roti tawar, dan kolang-kaling. Rasa hangat dari jahe berpadu sempurna dengan tekstur kenyal dan renyah dari isian-isian tersebut. Sekoteng dahulu sering dijajakan oleh pedagang keliling, namun kini keberadaannya semakin sulit dijumpai di tengah persaingan dengan minuman instan.

3. Wedang Uwuh – Yogyakarta

Wedang Uwuh secara harfiah berarti “minuman sampah,” karena tampilannya yang penuh dengan dedaunan dan rempah menyerupai tumpukan sampah. Namun, jangan salah, rasanya sangat nikmat dan penuh khasiat. Terbuat dari campuran jahe, kayu manis, daun cengkeh, kapulaga, dan gula batu, minuman ini memiliki aroma kuat dan warna merah dari kayu secang. Wedang Uwuh sering ditemukan di kawasan Imogiri, Yogyakarta, namun belum banyak dikenal luas di luar daerah tersebut.

4. Air Guraka – Maluku

Dari wilayah timur Indonesia, tepatnya Maluku, ada minuman tradisional bernama Air Guraka. Terbuat dari jahe, gula merah, dan kacang kenari, Air Guraka memiliki cita rasa yang unik dan khas. Jahe memberikan rasa hangat, sementara kacang kenari menambah tekstur dan rasa gurih yang tidak ditemukan pada minuman lainnya. Minuman ini biasa dikonsumsi saat malam hari atau ketika cuaca dingin. Keberadaan Air Guraka kini mulai terbatas dan sulit ditemukan di luar Maluku.

5. Bandrek dan Bajigur – Sunda

Dua minuman ini berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat, dan sering dianggap saudara kembar karena bahan dasarnya yang mirip. Bandrek terbuat dari jahe, gula aren, dan kadang ditambahkan kelapa muda atau susu. Sedangkan Bajigur mengandung santan, jahe, dan gula aren, dengan cita rasa lebih lembut dan gurih. Keduanya biasa disajikan hangat dan cocok dinikmati saat hujan. Meski masih ada yang menjualnya, namun eksistensinya perlahan tergeser oleh minuman modern.

6. Teh Talua – Sumatera Barat

Teh Talua adalah teh tradisional Minangkabau yang dibuat dengan mencampur kuning telur ayam kampung, gula, dan teh panas. Setelah diaduk hingga berbusa, barulah teh disajikan. Banyak yang menganggap Teh Talua sebagai minuman berenergi karena kandungan proteinnya yang tinggi. Minuman ini biasanya disajikan dalam acara adat atau sebagai jamuan tamu istimewa. Namun kini, tidak banyak kedai yang menyediakannya karena proses pembuatannya yang cukup rumit.

7. Lahang – Jawa

Lahang adalah air nira segar yang berasal dari pohon aren. Minuman ini memiliki rasa manis alami dan disajikan dingin. Dulu, lahang sangat mudah ditemukan di pasar tradisional dan sering dikonsumsi sebagai pelepas dahaga alami. Namun kini, keberadaannya makin langka karena proses penyadapan nira yang memerlukan keterampilan khusus dan hasil yang tidak bisa didapat setiap saat.

8. Es Cincau Hijau Tradisional

Cincau hijau merupakan minuman segar yang berasal dari daun cincau yang direndam dan diolah menjadi gel alami. Disajikan dengan gula merah cair, santan, dan es batu, minuman ini sangat cocok untuk cuaca panas. Sayangnya, cincau hijau tradisional kini sering tergantikan oleh cincau instan yang tidak melalui proses alami. Ini membuat rasa dan nilai kesehatannya berkurang.

Menjaga Warisan Lewat Rasa

Minuman Tradisional Indonesia yang Mulai Langka, Yuk Kenali!

Minuman-minuman tradisional ini tidak hanya menyegarkan tubuh, tapi juga membawa serta nilai-nilai budaya dan sejarah dari daerah asalnya. Di balik setiap tegukan, ada kisah tentang alam, keluarga, dan kebiasaan yang diwariskan turun-temurun. Sayangnya, banyak dari minuman ini kini sulit ditemukan, bahkan di daerah asalnya sendiri.

Pelestarian minuman tradisional bisa dimulai dari langkah kecil, seperti mencoba membuatnya di rumah, mengajarkan resepnya kepada generasi muda, atau memilihnya di antara banyaknya pilihan minuman modern. Dengan mengenali dan mencintai minuman tradisional Indonesia, kita ikut menjaga kekayaan budaya yang luar biasa ini agar tidak hilang ditelan zaman.